1.
Tuliskan dan jelaskan apa-apa saja tipe
kepemimpinan dalam pendidikan !
Jawab :
a.
Tipe Otoriter (Authoritarian)
Dalam
kepemimpinan ini, pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota -
anggota kelompoknya. Baginya memimpin adalah menggerakkan dan memaksa kelompok.
Batasan kekuasaan dari pemimpin otoriter hanya dibatasi oleh undang - undang.
Bawahan hanya bersifat sebagai pembantu, kewajiban bawahan hanyalah mengikuti
dan menjalankan perintah dan tidak boleh membantah atau mengajukan saran.
Mereka harus patuh dan setia kepada pemimpin secara mutlak.Pemimpin yang
otoriter tidak menghendaki rapat atau musyawarah. Setiap perbedaan diantara
anggota kelompoknya diartikan sebagai kelicikan, pembangkangan, atau
pelanggaran disiplin terhadap perintah atau instruksi yang telah diberikan.
Inisiatif dan daya pikir anggota sangat dibatasi, sehingga tidak diberikan
kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya.
Pengawasan bagi
pemimpin yang otoriter hanyalah berarti mengontrol, apakah segala perintah yang
telah diberikan ditaati atau dijalankan dengan baik oleh anggotanya. Mereka
melaksanakan inspeksi, mencari kesalahan dan meneliti orang - orang yang dianggap
tidak taat kepada pemimpin, kemudian orang - orang tersebut diancam dengan
hukuman, dipecat, dsb. Sebaliknya, orang - orang yang berlaku taat dan
menyenangkan pribadinya, dijadikan anak emas dan bahkan diberi penghargaan. .
Ciri – ciri seorang pemimpin yang otoriter adalah:
% Menganggap
organisasi sebagai milik peribadi
% Mengindentikkan
tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
% Menganggap
bawahan sebagai alat semata-mata
% Tidak mau
menerima kritik, saran dan pendapat
% Tergantung pada
kekuasaan formilnya
% Dalam tindakan
pengerakannya sering mempergunakan approach mengandung unsur paksaan dan
bersifat menghukum
Kekuasaan berlebih ini dapat menimbulkan sikap
menyerah tanpa kritik dan kecenderungan untuk mengabaikan perintah dan tugas
jika tidak ada pengawasan langsung. Selain itu, dominasi yang berlebihan mudah
menghidupkan oposisi atau menimbulkan sifat apatis.
b.
Tipe Laissez-faire
Dalam tipe
kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan kepemimpinannya, dia
membiarkan bawahannya berbuat sekehendaknya. Pemimpin sama sekali tidak
memberikan control dan koreksi terhadap pekerjaan bawahannya. Pembagian tugas
dan kerja sama diserahkan sepenuhnya kepada bawahannya tanpa petunjuk atau
saran - saran dari pemimpin. Dengan demikian mudah terjadi kekacauan -
kekacauan dan bentrokan - bentrokan.
Adapun sifat
kepemimpinan laissez faire seolah-olah tidak tampak, sebab pada tipe ini
seorang pemimpin memberikan kebebasan penuh kepada para anggotanya dalam
melaksanakan tugasnya. Disini seorang pemimpin mempunyai kenyakinan bahwa
dengan memberikan kebebasan yang seluas-luasnya bterhadap bawahan maka semua
usahanya akan cepat berhasil.
Pemimpin yang
seperti ini menafsirkan demokrasi dalam arti keliru, karena demokrasi
seolah–olah diartikan sebagai kebebasan bagi setiap anggota untuk mengemukakan
dan mempertahankan pendapat dan kebijakannya masing-masing.Tingkat keberhasilan
anggota dan kelompok semata - mata disebabkan karena kesadaran dan dedikasi
beberapa anggota kelompok, dan bukan karena pengaruh dari pemimpin. Struktur
organisasinya tidak jelas atau kabur, segala kegiatan dilakukan tanpa rencana
dan tanpa pengawasan dari pimpinan.
c.
Tipe Demokratis
Pemimpin yang
bertipe demokrasi adalah pemimpin yang ikut berbaur di tengah anggota - anggota
kelompoknya. Hubungan pemimpin dengan anggota bukan sebagai majikan dengan
bawahan, tetapi lebih seperti kakak dengan saudara - saudaranya. Dalam tindakan
dan usaha – udahanya ia selalu berpangkal kepada kepentingan dan kebutuhan
kelompoknya, dan mempertimbangkan kesanggupan dan kemampuan kelompoknya.
Dalam
melaksanalan tugasnya, ia mau menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan
saran - saran dari kelompoknya. Ia mempunyai kepercayaan pula pada anggota -
anggotanya bahwa mereka mempunyai kesanggupan bekerja dengan baik dan
bertanggung jawab. Ia selalu berusaha membangun semangat anggota kelompok dalam
menjalankan dan mengembangkan daya kerjanya dengan cara memupuk rasa
kekeluargaan dan persatuan. Di samping itu, ia juga memberi kesempatan kepada
anggota kelompoknya agar mempunyai kecakapan memimpin dengan jalan
mendelegasikan sebagian kekuasaan dan tanggung jawabnya.
d.
Tipe Pseudo-demokratis
Tipe ini
disebut juga semi demokratis atau manipulasi diplomatic. Pemimpin yang bertipe
pseudo-demokratis hanya tampaknya saja bersikap demokratis padahal sebenarnya
dia bersikap otokratis. Misalnya jika ia mempunyai ide - ide, pikiran, atau
konsep yang ingin diterapkan di lembaga Pendidikannya, maka hal tersebut akan
dibicarakan dan dimusyawarahkan dengan bawahannya, tetapi situasi diatur dan
diciptakan sedemikian rupa sehingga pada akhirnya bawahan didesak agar menerima
ide atau pikiran tersebut sebagai keputusan bersama. Pemimpin ini menganut
demokrasi semu dan lebih mengarah kepada kegiatan pemimpin yang otoriter dalam
bentuk yang halus, samar - samar, dan yang mungkin dilaksanakan tanpa disadari
bahwa tindakan itu bukan tindakan pimpinan yang demokratis.
2.
Tuliskan dan
jelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi pemimpin !
Jawab :
a.
Kepribadian
(personality), pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin, hal ini mencakup
nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi pilihan akan
gaya kepemimpinan.
b.
Harapan dan
perilaku atasan.
c.
Karakteristik,
harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap apa gaya kepemimpinan.
d.
Kebutuhan
tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya pemimpin.
e.
Iklim dan
kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan.
f.
Harapan dan
perilaku rekan.
3.
Tuliskan dan
jelaskan apa-apa saja bentuk-bentuk kekuasaan dalam kepemimpinan !
Jawab :
a.
Kekuasaan paksaan (Coercive Power)
Kekuasaan ini
berdasarkan pada rasa takut. Pemimpin yang mempunyai kekuasaan jenis ini mempunyai
kemampuan untuk mengenakan hukuman atau pemecatan.
b.
Kekuasaan legitimasi (Legitimate Power)
Kekuasaan ini bersumber pada jabatan yang
dipegang oleh pemimpin. Semakin tinggi posisi seorang pemimpin, maka semakin
besar kekuasaan legitimasinya.
c.
Kekuasaan keahlian (Expert Power)
Kekuasaan ini bersumber dari keahlian
kecakapan, atau pengetahuan yang dimiliki oleh seorang pemimpin yang diwujudkan
lewat rasa hormat dan pengaruhnya terhadap orang lain.
d.
Kekuasaan
penghargaan (Reward Power)
Kekuasaan ini bersumber atas kemampuan untuk
menyediakan penghargaan atau hadiah bagi orang lain.
e.
Kekuasaan
referensi (Referent Power)
Kekuasaan ini bersumber pada sifat-sifat
pribadi dari seorang pemimpin.
f.
Kekuasaan
informasi (Information Power)
Kekuasaan ini bersumber karena adanya akses
informasi yang dimiliki oleh pemimpin yang dinilai sangat berharga oleh
pengikutnya.
g.
Kekuasaan
hubungan (Connection Power)
Kekuasaan ini bersumber pada hubungan yang
dijalin oleh pimpinan dengan orang-orang penting dan berpengaruh baik diluar
atau di dalam organisasi.
4.
Tuliskan dan
jelaskan ketrampilan-ketrampilan yang harus dimiliki pemimpin !
Jawab :
a.
Keterampilan dalam memimpin
Dalam memimpin harus menguasai cara-cara
kepemimpinan supaya dapat bertindak sebagai pemimpin yang baik, dengan cara
menyusun rencana bersama, mengajak anggota berpartisipasi, memberi bantuan
kepada anggota kelompok, memupuk moral kelompok, bersama-sama membuat
keputusan, membagi dan menyerahkan tanggung jawab dan sebagainya.
b.
Keterampilan dalam hubungan insani
Hubungan insani
adalah hubungan antara manusia yang biasa kita hadapi sehari-hari yaitu
hubungan fungsional dan hubungan pribadi.
c.
Keterampilan dalam proses kelompok
Proses kelompok
ialah bagaimana meningkatkan partisipasi anggota-anggota kelompok
setinggi-tingginya, sehingga yang dimiliki para anggota kelompok itu dapat
diefektifan secara maksimal.
d.
Keterampilan dalam administrasi personil
Administrasi
personil mencakup segala usaha untuk menggunakan keahlian dan kesanggupan yang
dimiliki olah petugas secara efektif dan efisien.
e.
Keterampilan dalam menilai
Penilaian atau
evaluasi ialah suatu usaha untuk mengetahui sampai di mana suatu kegiatan sudah
dapat dilaksanakan atau sampai di mana suatu tujuan sudah dicapai. Yang dinilai
biasanya ialah hasil kerja, cara kerja, dan orang yang mengerjakannya. Teknik
dan prosedur evaluasi ialah menentukan tujuan penilaian, menetapkan norma atau
ukuran yang akan dinilai, mengumpulkan data-data yang dapat diolah menurut
kriteria yang ditentukan, pengolahan data, dan menyimpulkan hasil penilaian.
5.
Tuliskan dan jelaskan sifat-sifat yang harus
dimiliki pemimpin !
Jawab :
a.
Sifat rendah hati
Pada hakikatnya kedudukan pemimpin itu tidak
berbeda dengan kedudukan yang dipimpin. Ia bukan orang yang harus terus di
istimewakan. Ia hanya sekedar orang yang harus didahulukan selangkah dari yang
lainnya karena ia mendapatkan kepercayaan dalam memimpin dan mengemban amanat.
Ia seolah pelayan umat yang diatas pundaknya terletak tanggungjawab besar yang
mesti dipertanggungjawabkan. Kerendahan hati biasanya mencerminkan persahabatan
dan kekeluargaan, sebaliknya ke-egoan mencerminkan sifat takabur dan ingin
menang sendiri.
b.
Sifat terbuka untuk dikritik
Seorang pemimpin haruslah menanggapi
aspirasi-aspirasi umat dan terbuka untuk menerima kritik-kritik sehat yang
membangun dan konstruktif. Tidak seyogiayanya menganggap kritikan itu sebagai
hujatan, dan menganggap orang yang mengkritik sebagai lawan. Tetapi harus
diperlakukan sebagai “mitra”dengan kebersamaan dalam rangka meluruskan dari
kemungkinan buruk yang selama ini terjadi untuk membangun kepada perbaikan dan
kemajuan.
c.
Sifat jujur dan memegang amanah
Kejujuran yang dimiliki seorang pemimpin
merupakan simpati umat terhadapnya yang dapat membuahkan kepercayaan dari
seluruh amanat yang telah diamanahkan. Pemimpin yang konsisten dengan amanat
umat menjadi kunci dari sebuah kemajuan dan perbaikan.
d.
Sifat berlaku adil
Keadilan adalah konteks real yang harus
dimiliki oleh seorang pemimpin. Keadilan bagi manusia tidak ada yang relatif.
Islam meletakkan soal penegakan keadilan itu sebagai sikap yang esensial.
Seorang pemimpin harus mampu menimbang dan memperlakukan sesuatu dengan seadil-adilnya
bukan sebaliknya berpihak pada seorang saja atau berat sebelah.
e.
Komitmen dalam perjuangan
Sifat pantang menyerah dan konsisten pada
konstitusi bersama bagi seorang pemimpin adalah penting. Teguh dan terus
Istiqamah dalam menegakkan kebenaran dan keadilan. Pantang tergoda oleh rayuan
dan semangat menjadi orang yang pertama di depan apabila ada yang hendak
mengganggu kelancaran jalannya organisasi.
f.
Bersikap Musyawarah
Pemimpin tidak sembarang memutuskan sebelum
adanya musyawarah diantara orang-orang disekelilingnya dan umat. Sebab dengan
keterlibatan umat terhadap pemimpinnya dari sebuah kesepakatan bersama akan
memberikan kepuasan, sehingga apapun yang akan terjadi baik buruknya bisa
ditanggung bersama-sama.
g.
Berbakti dan mengabdi kepada Tuhan Yang Maha
Esa
Dalam hidup ini segala sesuatunya takkan
terlepas dari pandangan Tuhan, manusia bisa berusaha semampunya dan
sehebat-hebatnya namun yang menentukannya adalah Allah. Hubungan seorang
pemimpin dengan Tuhannya tak kalah pentingnya yaitu dengan berbakti dan
mengabdi kepada Tuhan.
6.
Tuliskan dan
jelaskan efektifitas dalam MBS!
Jawab :
Efektifitas
adalah ukuran yang menyatakan sejauh mana tujuan (kualitas, kuantitas, dan
waktu) telah dicapai. Dalam bentuk persamaan, efektivitas sama dengan hasil
nyata dibagi hasil yang diharapkan yang merupakan salah satu pengukuran dan pelaksanaan kegiatan di sekolah terkait
dengan dilaksanakanya MBS untuk meningkatkan kinerja sekolah.
Efektifitas dalam MBS mencakup input, proses , output , dan outcome.
a.
Input
Input
adalah segala sesuatu
yang harus tersedia dan siap karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses.
Sesuatu yang dimaksud tidak harus berupa barang, tetapi juga dapat berupa
perangkat-perangkat lunak dan harapan-harapan sebagai pemandu bagi
berlangsungnya proses. Secara garis besar, input dapat diklarifikasikan menjadi
tiga, yaitu harapan, sumberdaya, dan input manajemen. Harapan-harapan terdiri
dari visi, misi, tujuan, sasaran. Sumberdaya dibagi menjadi dua yaitu
sumberdaya manusia dan sumberdaya selebihnya (uang, peralatan, perlengkapan,
bahan). Input manajemen terdiri dari tugas, rencana, program, regulasi
(ketentuan-ketentuan, limitasi, prosedur kerja, dan sebagainya), dan pengendalian
atau tindakan turun tangan.
b.
Proses
Dalam
MBS sebagai sistem, proses terdiri dari; proses pengambilan keputusan, proses
pengelolaan kelembagaan, proses pengolahan program, proses belajar mengajar,
proses evaluasi sekolah, dan proses akuntanbilitas. Dengan demikian, fokus
evaluasi pada proses adalah pemantauan (monitoring) implementasi MBS, sehingga
dapat ditemukan informasi tentang konsistensi atau inkonsistensi antara
rancangan/disain MBS semula dengan proses implementasi yang sebenarnya.
Konsistensi antara rancangan dan proses pelaksanaan akan mendukung tercapainya
sasaran, sedangkan inkonsistensi akan menjurus kepada kegagalan MBS. Dengan
didapatkan informasi inkonsistensi tersebut, segera dapat dilakukan
koreksi/pelurusan terhadap pelaksanaan.
c.
Output
Ouput
adalah hasil nyata dari pelaksanaan MBS
atau hasil MBS jangka pendek. Hasil nyata yang dimaksud dapat berupa
prestasi akademik (academic achievement), misalnya, nilai UN, UAS-BN dan peringkat lomba karya tulis,
maupun prestasi non-akademik (non-academic achivement), misalnya
kejujuran, kedisiplinan, dan prestasi olah raga, kesenian, dan kerajinan.
Evaluasi pada output adalah mengevaluasi sejauh mana sasaran (immediate
objectives) yang diharapkan (kualitas, kuantitas, waktu) telah dicapai oleh
MBS. Dengan kata lain, sejauh mana hasil nyata
sesaat sesuai dengan hasil/sasaran yang diharapkan,
tentunya makin besar kesesuaiannya, makin besar pula kesuksesan MBS.
d.
Outcome
Outcome
adalah hasil MBS jangka panjang yang
berbeda dengan output yang hanya mengukur hasil MBS sesaat/jangka pendek.
Karena itu, evaluasi outcome adalah pada dampak MBS jangka panjang, baik dampak
individual, institusional dan sosial (masyarakat). Untuk melakukan evaluasi
ini, pada umumnya digunakan analisis biaya-manfaat (cost-benefit analysis).
7.
Tuliskan dan
jelaskan efisiensi dalam MBS!
Jawab :
Efisien dalam MBS yaitu penggunaan sumber daya secara minimum guna
pencapaian hasil yg optimum. Efisiensi dapat diklasifikasikan menjadi dua
yaitu efisiensi internal dan efesiensi eksternal.
S
Efisiensi internal
Efisiensi Internal menunjuk kepada hubungan
antara output sekolah (pencapaian prestasi belajar sekolah) dan input
(sumberdaya yang ada dalam lingkungan sekolah) yang digunakan untuk
memproses/menghasilkan output sekolah. Efesiensi internal biasanya diukur
dengan biaya efektivitasSetiap penilaian biaya-efektifitas selalu memerlukan
dua hal, yaitu penilaian ekonomik untuk mengukur biaya masukan (input) dan
penilaian hasil pembelajaran (prestasi belajar, lama belajar, angka putus sekolah).
Misanya jika dengan biaya yang sama, tetapi nilai UN tahun ini lebih baik dari
pada nilai UN tahun lalu, maka dapat dikatan bahwa tahun ini sekolah yang
bersangkutan lebih efisien secara internal daripada tahun lalu.
S
Efisiensi eksternal
Efisiensi eksternal adalah hubungan antara biaya
yang digunakan untuk menghasilkan tamatan dan keuntungn kumulatif (individual,
sosial, ekonomik, dan non-ekonomik) yang didapat setelah pada kurun waktu yang
panjang di luar sekolah. Analisis biaya-manfaat merupakan alat utama untuk
mengukur efesiensi eksternal.
8.
Tuliskan dan
jelaskan tahapan implementasi MBS!
Jawab :
a.
Tahap Sosialisasi
Tahap
sosialisais merupakan tahapan yang penting mengingat luasnya daerah yang ada
terutama daerah yang sulit dijangkau serta kebiasaan masyarakat yang umumnya
tidak mudah menerima perubahan karena perubahan yang bersifat personal maupun
organisasional memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang baru. Dengan adanya
sosialisasi ini maka akan mengefektifkan pencapaian implementasi Manajemen
Berbasis Sekolah baik menyangkut aspek proses maupun pengembangannya di
sekolah.
b.
Tahap Piloting
Tahapan
piloting yaitu merupakan tahapan ujicoba agar penerapan konsep MBS tidak
mengandung resiko. Efektivitas model ujicoba memerlukan persyaratan dasar yaitu
akseptabilitas, akuntabilitas, reflikabilitas, dan sustainabilitas.
c.
Tahap Diseminasi
Tahapan
desiminasi merupakan tahapan memasyarakatkan model Manajemen Berbasis Sekolah
yang telah diujicobakan ke berbagai sekolah agar dapat mengimplementasikannya
secara efektif dan efisien.
9.
Tuliskan dan
jelaskan gaya kepemimpinan dalam MBS !
Jawab :
Kepemimpinan
Transformasional dalam MBS
Dalam UU No. 25
tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional 2000-2004 untuk sektor
pendidikan disebutkan akan perlunya pelaksanaan manajemen otonomi pendidikan.
Perubahan manajemen pendidikan dari sentralistik ke desentralistik menuntut
proses pengambilan keputusan pendidikan menjadi lebih terbuka, dinamik, dan
demokrasi. Dalam melaksanakan MBS menurut Komite Reformasi Pendidikan,
kepala sekolah perlu memiliki kepemimpinan yang kuat, partisipatif, dan
demokratis. Untuk mengakomodasikan persyaratan ini kepala sekolah perlu
mengadopsi kepemimpinan transformasional .
Kepemimpinan
transformasional dicirikan dengan adanya proses untuk membangun komitmen bersama
terhadap sasaran organisasi dan memberikan kepercayaan kepada para pengikut
untuk mencari sasaran. Ciri-ciri kepemimpinan transformasional sejalan dengan gaya
manajemen model MBS yaitu sebagai berikut :
6
Adanya kesamaan yang paling utama,
yaitu jalannya organisasi yang tidak digerakkan oleh birokrasi, tetapi oleh
kesadaran bersama.
6 Para pelaku
mengutamakan kepentingan organisasi dan bukan kepentingan pribadi.
6
Adanya partisipasi aktif dari pengikut
atau orang yang dipimpin.
Tipe
kepemimpinan transformasional ini disarankan untuk diadopsi dalam implementasi
MBS karena ciri-ciri kepemimpinan transformasional sejalan dengan gaya
manajemen model MBS. Namun, saat ini di Indonesia, sekolah sebagai organisasi
formal masih digerakkan oleh kekuatan birokrasi, belum didasarkan atas
kesadaran bersama. Selama ini kepala sekolah memimpin berdasarkan pesanan
atasan. Kepala sekolah pun menerapkan gaya kepemimpinan terserah atasan.
Budaya sekolah
seperti ini harus diubah untuk menjamin terlaksananya kepemimpinan
transformasional dan implementasi MBS. Langkah utama untuk mengubah budaya
sekolah adalah dengan memberdayakan kepala sekolah sebagai pemimpin. Pada era
MBS ini, menjadi kepala sekolah harus berbekal kemampuan kepemimpinan, terutama
kepemimpinan transformasional .
Hal-hal yang
harus dilakukan kepala sekolah dalam menerapkan kepemimpinan transformasional
dalam MBS adalah sebagai berikut :
J Kepala sekolah
harus mengembangkan visi sekolah secara jelas. Seluruh stakeholder dan
terutama anggota dewan sekolah harus dilibatkan dalam perumusan visi. Visi
sekolah harus sejalan dengan tujuan utama MBS, yaitu meningkatkan hasil belajar
siswa dan kinerja sekolah secara umum.
J
Kepala sekolah harus mengajak stakeholder
untuk membangun komitmen dan kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai visi,
misi, dan tujuan pendidikan.
J Kepala sekolah
harus lebih banyak berperan sebagai pemimpin daripada sebagai ”bos” yang
didasarkan atas kekuasaan.
Berdasarkan hal
tersebut, maka kepemimpinan kepala sekolah memegang peranan kunci dalam
keberhasilan aplikasi MBS. Bekal kemampuan, keahlian, dan keterampilan menjadi
keniscayaan bagi kepala sekolah untuk mampu menjalankan roda lembaganya secara
berbasis MBS. Terkait dengan hal tersebut, kepala sekolah harus dipilih dari
kalangan guru yang benar-benar memiliki pengalaman, wawasan, dan kompetensi
yang sesuai. Kepala sekolah harus mampu menampilkan kepemimpinan tim bersama
wakil kepala sekolah dan juga guru. Secara tim, kepala sekolah akan memerankan
fungsi memimpin sekolahnya, termasuk dalam kerangka desain strategi dan arah,
mengembangkan dan mengoptimalkan rencana perbaikan sekolah, mengukur dan
melaporkan kemajuan yang dicapai.
10. Jelaskan bagaimana hubungabn manajemen sekolah
dengan masyarakat didalam MBS !
Jawab :
Pada konsep Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) , manajemen hubungan sekolah dengan orang tua wali murid
diharapkan berjalan dengan baik. Hubungan yang harmonis membuat masyarakat
memiliki tanggung jawab untuk memajukan sekolah. Penciptaan hubungan dan kerja
sama yang harmonis, apabila masyarakat mengetahui dan memiliki gambaran yang
jelas tentang sekolah. Gambaran yang jelas dapat diinformasikan kepada
masyarakat melalui laporan kepada orang tua wali murid, kunjungan ke sekolah,
kunjungan ke rumah murid, penjelasan dari staf sekolah, dan laporan tahunan
sekolah.
Melalui hubungan yang harmonis
diharapkan tercapai tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat, yaitu proses
pendidikan terlaksana secara produktif, efektif, dan efisien sehingga
menghasilkan lulusan yang produktif dan berkulitas. Lulusan yang berkualitas akan
terlihat dari penguasaan/kompetensi murid tentang ilmu pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang dapat dijadikan bekal ketika terjun di
tengah-tengah masyarakat (out come).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar