Senin, 19 Mei 2014

MANAJEMEN PENDIDIKAN



1.   Tuliskan dan jelaskan apa-apa saja tipe kepemimpinan dalam pendidikan !
Jawab          :
a.         Tipe Otoriter (Authoritarian)
Dalam kepemimpinan ini, pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota - anggota kelompoknya. Baginya memimpin adalah menggerakkan dan memaksa kelompok. Batasan kekuasaan dari pemimpin otoriter hanya dibatasi oleh undang - undang. Bawahan hanya bersifat sebagai pembantu, kewajiban bawahan hanyalah mengikuti dan menjalankan perintah dan tidak boleh membantah atau mengajukan saran. Mereka harus patuh dan setia kepada pemimpin secara mutlak.Pemimpin yang otoriter tidak menghendaki rapat atau musyawarah. Setiap perbedaan diantara anggota kelompoknya diartikan sebagai kelicikan, pembangkangan, atau pelanggaran disiplin terhadap perintah atau instruksi yang telah diberikan. Inisiatif dan daya pikir anggota sangat dibatasi, sehingga tidak diberikan kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya.
Pengawasan bagi pemimpin yang otoriter hanyalah berarti mengontrol, apakah segala perintah yang telah diberikan ditaati atau dijalankan dengan baik oleh anggotanya. Mereka melaksanakan inspeksi, mencari kesalahan dan meneliti orang - orang yang dianggap tidak taat kepada pemimpin, kemudian orang - orang tersebut diancam dengan hukuman, dipecat, dsb. Sebaliknya, orang - orang yang berlaku taat dan menyenangkan pribadinya, dijadikan anak emas dan bahkan diberi penghargaan. . Ciri – ciri seorang pemimpin yang otoriter adalah:
% Menganggap organisasi sebagai milik peribadi
% Mengindentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
% Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata
% Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat
% Tergantung pada kekuasaan formilnya
% Dalam tindakan pengerakannya sering mempergunakan approach mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum

Kekuasaan berlebih ini dapat menimbulkan sikap menyerah tanpa kritik dan kecenderungan untuk mengabaikan perintah dan tugas jika tidak ada pengawasan langsung. Selain itu, dominasi yang berlebihan mudah menghidupkan oposisi atau menimbulkan sifat apatis.
b.         Tipe Laissez-faire
Dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan kepemimpinannya, dia membiarkan bawahannya berbuat sekehendaknya. Pemimpin sama sekali tidak memberikan control dan koreksi terhadap pekerjaan bawahannya. Pembagian tugas dan kerja sama diserahkan sepenuhnya kepada bawahannya tanpa petunjuk atau saran - saran dari pemimpin. Dengan demikian mudah terjadi kekacauan - kekacauan dan bentrokan - bentrokan.
Adapun sifat kepemimpinan laissez faire seolah-olah tidak tampak, sebab pada tipe ini seorang pemimpin memberikan kebebasan penuh kepada para anggotanya dalam melaksanakan tugasnya. Disini seorang pemimpin mempunyai kenyakinan bahwa dengan memberikan kebebasan yang seluas-luasnya bterhadap bawahan maka semua usahanya akan cepat berhasil.
Pemimpin yang seperti ini menafsirkan demokrasi dalam arti keliru, karena demokrasi seolah–olah diartikan sebagai kebebasan bagi setiap anggota untuk mengemukakan dan mempertahankan pendapat dan kebijakannya masing-masing.Tingkat keberhasilan anggota dan kelompok semata - mata disebabkan karena kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok, dan bukan karena pengaruh dari pemimpin. Struktur organisasinya tidak jelas atau kabur, segala kegiatan dilakukan tanpa rencana dan tanpa pengawasan dari pimpinan.
c.          Tipe Demokratis
Pemimpin yang bertipe demokrasi adalah pemimpin yang ikut berbaur di tengah anggota - anggota kelompoknya. Hubungan pemimpin dengan anggota bukan sebagai majikan dengan bawahan, tetapi lebih seperti kakak dengan saudara - saudaranya. Dalam tindakan dan usaha – udahanya ia selalu berpangkal kepada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya, dan mempertimbangkan kesanggupan dan kemampuan kelompoknya.
Dalam melaksanalan tugasnya, ia mau menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan saran - saran dari kelompoknya. Ia mempunyai kepercayaan pula pada anggota - anggotanya bahwa mereka mempunyai kesanggupan bekerja dengan baik dan bertanggung jawab. Ia selalu berusaha membangun semangat anggota kelompok dalam menjalankan dan mengembangkan daya kerjanya dengan cara memupuk rasa kekeluargaan dan persatuan. Di samping itu, ia juga memberi kesempatan kepada anggota kelompoknya agar mempunyai kecakapan memimpin dengan jalan mendelegasikan sebagian kekuasaan dan tanggung jawabnya.
d.      Tipe Pseudo-demokratis
Tipe ini disebut juga semi demokratis atau manipulasi diplomatic. Pemimpin yang bertipe pseudo-demokratis hanya tampaknya saja bersikap demokratis padahal sebenarnya dia bersikap otokratis. Misalnya jika ia mempunyai ide - ide, pikiran, atau konsep yang ingin diterapkan di lembaga Pendidikannya, maka hal tersebut akan dibicarakan dan dimusyawarahkan dengan bawahannya, tetapi situasi diatur dan diciptakan sedemikian rupa sehingga pada akhirnya bawahan didesak agar menerima ide atau pikiran tersebut sebagai keputusan bersama. Pemimpin ini menganut demokrasi semu dan lebih mengarah kepada kegiatan pemimpin yang otoriter dalam bentuk yang halus, samar - samar, dan yang mungkin dilaksanakan tanpa disadari bahwa tindakan itu bukan tindakan pimpinan yang demokratis.

2.   Tuliskan dan jelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi pemimpin !
Jawab :
a.          Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin, hal ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi pilihan akan gaya kepemimpinan.
b.         Harapan dan perilaku atasan.
c.          Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap apa gaya kepemimpinan.
d.         Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya pemimpin.
e.          Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan.
f.          Harapan dan perilaku rekan.


3.   Tuliskan dan jelaskan apa-apa saja bentuk-bentuk kekuasaan dalam kepemimpinan !
Jawab :
a.         Kekuasaan paksaan (Coercive Power)
Kekuasaan ini berdasarkan pada rasa takut. Pemimpin yang mempunyai kekuasaan jenis ini mempunyai kemampuan untuk mengenakan hukuman atau pemecatan.
b.         Kekuasaan legitimasi (Legitimate Power)
Kekuasaan ini bersumber pada jabatan yang dipegang oleh pemimpin. Semakin tinggi posisi seorang pemimpin, maka semakin besar kekuasaan legitimasinya.



c.          Kekuasaan keahlian (Expert Power)
Kekuasaan ini bersumber dari keahlian kecakapan, atau pengetahuan yang dimiliki oleh seorang pemimpin yang diwujudkan lewat rasa hormat dan pengaruhnya terhadap orang lain.
d.         Kekuasaan penghargaan (Reward Power)
Kekuasaan ini bersumber atas kemampuan untuk menyediakan penghargaan atau hadiah bagi orang lain.
e.          Kekuasaan referensi (Referent Power)
Kekuasaan ini bersumber pada sifat-sifat pribadi dari seorang pemimpin.
f.          Kekuasaan informasi (Information Power)
Kekuasaan ini bersumber karena adanya akses informasi yang dimiliki oleh pemimpin yang dinilai sangat berharga oleh pengikutnya.
g.         Kekuasaan hubungan (Connection Power)
Kekuasaan ini bersumber pada hubungan yang dijalin oleh pimpinan dengan orang-orang penting dan berpengaruh baik diluar atau di dalam organisasi.

4.   Tuliskan dan jelaskan ketrampilan-ketrampilan yang harus dimiliki pemimpin !
Jawab :
a.         Keterampilan dalam memimpin
Dalam memimpin harus menguasai cara-cara kepemimpinan supaya dapat bertindak sebagai pemimpin yang baik, dengan cara menyusun rencana bersama, mengajak anggota berpartisipasi, memberi bantuan kepada anggota kelompok, memupuk moral kelompok, bersama-sama membuat keputusan, membagi dan menyerahkan tanggung jawab dan sebagainya.
b.         Keterampilan dalam hubungan insani
Hubungan insani adalah hubungan antara manusia yang biasa kita hadapi sehari-hari yaitu hubungan fungsional dan hubungan pribadi.

c.          Keterampilan dalam proses kelompok
Proses kelompok ialah bagaimana meningkatkan partisipasi anggota-anggota kelompok setinggi-tingginya, sehingga yang dimiliki para anggota kelompok itu dapat diefektifan secara maksimal.

d.         Keterampilan dalam administrasi personil
Administrasi personil mencakup segala usaha untuk menggunakan keahlian dan kesanggupan yang dimiliki olah petugas secara efektif dan efisien.

e.          Keterampilan dalam menilai
Penilaian atau evaluasi ialah suatu usaha untuk mengetahui sampai di mana suatu kegiatan sudah dapat dilaksanakan atau sampai di mana suatu tujuan sudah dicapai. Yang dinilai biasanya ialah hasil kerja, cara kerja, dan orang yang mengerjakannya. Teknik dan prosedur evaluasi ialah menentukan tujuan penilaian, menetapkan norma atau ukuran yang akan dinilai, mengumpulkan data-data yang dapat diolah menurut kriteria yang ditentukan, pengolahan data, dan menyimpulkan hasil penilaian.


5.   Tuliskan dan jelaskan sifat-sifat yang harus dimiliki pemimpin !
Jawab :
a.         Sifat rendah hati
Pada hakikatnya kedudukan pemimpin itu tidak berbeda dengan kedudukan yang dipimpin. Ia bukan orang yang harus terus di istimewakan. Ia hanya sekedar orang yang harus didahulukan selangkah dari yang lainnya karena ia mendapatkan kepercayaan dalam memimpin dan mengemban amanat. Ia seolah pelayan umat yang diatas pundaknya terletak tanggungjawab besar yang mesti dipertanggungjawabkan. Kerendahan hati biasanya mencerminkan persahabatan dan kekeluargaan, sebaliknya ke-egoan mencerminkan sifat takabur dan ingin menang sendiri.

b.         Sifat terbuka untuk dikritik
Seorang pemimpin haruslah menanggapi aspirasi-aspirasi umat dan terbuka untuk menerima kritik-kritik sehat yang membangun dan konstruktif. Tidak seyogiayanya menganggap kritikan itu sebagai hujatan, dan menganggap orang yang mengkritik sebagai lawan. Tetapi harus diperlakukan sebagai “mitra”dengan kebersamaan dalam rangka meluruskan dari kemungkinan buruk yang selama ini terjadi untuk membangun kepada perbaikan dan kemajuan.

c.          Sifat jujur dan memegang amanah
Kejujuran yang dimiliki seorang pemimpin merupakan simpati umat terhadapnya yang dapat membuahkan kepercayaan dari seluruh amanat yang telah diamanahkan. Pemimpin yang konsisten dengan amanat umat menjadi kunci dari sebuah kemajuan dan perbaikan.




d.         Sifat berlaku adil
Keadilan adalah konteks real yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Keadilan bagi manusia tidak ada yang relatif. Islam meletakkan soal penegakan keadilan itu sebagai sikap yang esensial. Seorang pemimpin harus mampu menimbang dan memperlakukan sesuatu dengan seadil-adilnya bukan sebaliknya berpihak pada seorang saja atau berat sebelah.

e.          Komitmen dalam perjuangan
Sifat pantang menyerah dan konsisten pada konstitusi bersama bagi seorang pemimpin adalah penting. Teguh dan terus Istiqamah dalam menegakkan kebenaran dan keadilan. Pantang tergoda oleh rayuan dan semangat menjadi orang yang pertama di depan apabila ada yang hendak mengganggu kelancaran jalannya organisasi.

f.       Bersikap Musyawarah
Pemimpin tidak sembarang memutuskan sebelum adanya musyawarah diantara orang-orang disekelilingnya dan umat. Sebab dengan keterlibatan umat terhadap pemimpinnya dari sebuah kesepakatan bersama akan memberikan kepuasan, sehingga apapun yang akan terjadi baik buruknya bisa ditanggung bersama-sama.

g.      Berbakti dan mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa
Dalam hidup ini segala sesuatunya takkan terlepas dari pandangan Tuhan, manusia bisa berusaha semampunya dan sehebat-hebatnya namun yang menentukannya adalah Allah. Hubungan seorang pemimpin dengan Tuhannya tak kalah pentingnya yaitu dengan berbakti dan mengabdi kepada Tuhan.

6.   Tuliskan dan jelaskan efektifitas dalam MBS!
Jawab          :
Efektifitas adalah ukuran yang menyatakan sejauh mana tujuan (kualitas, kuantitas, dan waktu) telah dicapai. Dalam bentuk persamaan, efektivitas sama dengan hasil nyata dibagi hasil yang diharapkan yang merupakan salah satu pengukuran dan pelaksanaan kegiatan di sekolah terkait dengan dilaksanakanya MBS untuk meningkatkan kinerja sekolah.
Efektifitas dalam MBS mencakup input, proses , output , dan outcome.
a.         Input
Input adalah segala sesuatu yang harus tersedia dan siap karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksud tidak harus berupa barang, tetapi juga dapat berupa perangkat-perangkat lunak dan harapan-harapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses. Secara garis besar, input dapat diklarifikasikan menjadi tiga, yaitu harapan, sumberdaya, dan input manajemen. Harapan-harapan terdiri dari visi, misi, tujuan, sasaran. Sumberdaya dibagi menjadi dua yaitu sumberdaya manusia dan sumberdaya selebihnya (uang, peralatan, perlengkapan, bahan). Input manajemen terdiri dari tugas, rencana, program, regulasi (ketentuan-ketentuan, limitasi, prosedur kerja, dan sebagainya), dan pengendalian atau tindakan turun tangan. 
b.         Proses
Dalam MBS sebagai sistem, proses terdiri dari; proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengolahan program, proses belajar mengajar, proses evaluasi sekolah, dan proses akuntanbilitas. Dengan demikian, fokus evaluasi pada proses adalah pemantauan (monitoring) implementasi MBS, sehingga dapat ditemukan informasi tentang konsistensi atau inkonsistensi antara rancangan/disain MBS semula dengan proses implementasi yang sebenarnya. Konsistensi antara rancangan dan proses pelaksanaan akan mendukung tercapainya sasaran, sedangkan inkonsistensi akan menjurus kepada kegagalan MBS. Dengan didapatkan informasi inkonsistensi tersebut, segera dapat dilakukan koreksi/pelurusan terhadap pelaksanaan.

c.          Output
Ouput adalah hasil nyata dari pelaksanaan MBS  atau hasil MBS jangka pendek. Hasil nyata yang dimaksud dapat berupa prestasi akademik (academic achievement), misalnya, nilai  UN, UAS-BN dan peringkat lomba karya tulis, maupun prestasi non-akademik (non-academic achivement), misalnya kejujuran, kedisiplinan, dan prestasi olah raga, kesenian, dan kerajinan. Evaluasi pada output adalah mengevaluasi sejauh mana sasaran (immediate objectives) yang diharapkan (kualitas, kuantitas, waktu) telah dicapai oleh MBS. Dengan kata lain, sejauh mana hasil nyata sesaat sesuai dengan hasil/sasaran yang diharapkan, tentunya makin besar kesesuaiannya, makin besar pula kesuksesan MBS.

d.         Outcome
Outcome adalah hasil MBS jangka panjang  yang berbeda dengan output yang hanya mengukur hasil MBS sesaat/jangka pendek. Karena itu, evaluasi outcome adalah pada dampak MBS jangka panjang, baik dampak individual, institusional dan sosial (masyarakat). Untuk melakukan evaluasi ini, pada umumnya digunakan analisis biaya-manfaat (cost-benefit analysis).











7.   Tuliskan dan jelaskan efisiensi dalam MBS!
Jawab :
Efisien dalam MBS yaitu penggunaan sumber daya secara minimum guna pencapaian hasil yg optimum. Efisiensi dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu efisiensi internal dan efesiensi eksternal.
S   Efisiensi internal
Efisiensi Internal menunjuk kepada hubungan antara output sekolah (pencapaian prestasi belajar sekolah) dan input (sumberdaya yang ada dalam lingkungan sekolah) yang digunakan untuk memproses/menghasilkan output sekolah. Efesiensi internal biasanya diukur dengan biaya efektivitasSetiap penilaian biaya-efektifitas selalu memerlukan dua hal, yaitu penilaian ekonomik untuk mengukur biaya masukan (input) dan penilaian hasil pembelajaran (prestasi belajar, lama belajar, angka putus sekolah). Misanya jika dengan biaya yang sama, tetapi nilai UN tahun ini lebih baik dari pada nilai UN tahun lalu, maka dapat dikatan bahwa tahun ini sekolah yang bersangkutan lebih efisien secara internal daripada tahun lalu.


S   Efisiensi eksternal
Efisiensi eksternal adalah hubungan antara biaya yang digunakan untuk menghasilkan tamatan dan keuntungn kumulatif (individual, sosial, ekonomik, dan non-ekonomik) yang didapat setelah pada kurun waktu yang panjang di luar sekolah. Analisis biaya-manfaat merupakan alat utama untuk mengukur efesiensi eksternal.

8.   Tuliskan dan jelaskan tahapan implementasi MBS!
Jawab          :
a.         Tahap Sosialisasi
Tahap sosialisais merupakan tahapan yang penting mengingat luasnya daerah yang ada terutama daerah yang sulit dijangkau serta kebiasaan masyarakat yang umumnya tidak mudah menerima perubahan karena perubahan yang bersifat personal maupun organisasional memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang baru. Dengan adanya sosialisasi ini maka akan mengefektifkan pencapaian implementasi Manajemen Berbasis Sekolah baik menyangkut aspek proses maupun pengembangannya di sekolah.

b.         Tahap Piloting
Tahapan piloting yaitu merupakan tahapan ujicoba agar penerapan konsep MBS tidak mengandung resiko. Efektivitas model ujicoba memerlukan persyaratan dasar yaitu akseptabilitas, akuntabilitas, reflikabilitas, dan sustainabilitas.



c.          Tahap Diseminasi
Tahapan desiminasi merupakan tahapan memasyarakatkan model Manajemen Berbasis Sekolah yang telah diujicobakan ke berbagai sekolah agar dapat mengimplementasikannya secara efektif dan efisien.

9.   Tuliskan dan jelaskan gaya kepemimpinan dalam MBS !
Jawab          :
Kepemimpinan Transformasional dalam MBS
Dalam UU No. 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional 2000-2004 untuk sektor pendidikan disebutkan akan perlunya pelaksanaan manajemen otonomi pendidikan. Perubahan manajemen pendidikan dari sentralistik ke desentralistik menuntut proses pengambilan keputusan pendidikan menjadi lebih terbuka, dinamik, dan demokrasi. Dalam melaksanakan MBS menurut Komite Reformasi  Pendidikan, kepala sekolah perlu memiliki kepemimpinan yang kuat, partisipatif, dan demokratis. Untuk mengakomodasikan persyaratan ini kepala sekolah perlu mengadopsi kepemimpinan transformasional .
Kepemimpinan transformasional dicirikan dengan adanya proses untuk membangun komitmen bersama terhadap sasaran organisasi dan memberikan kepercayaan kepada para pengikut untuk mencari sasaran. Ciri-ciri kepemimpinan transformasional sejalan dengan gaya manajemen model MBS yaitu sebagai berikut :
6   Adanya kesamaan yang paling utama, yaitu jalannya organisasi yang tidak digerakkan oleh birokrasi, tetapi oleh kesadaran bersama.
6   Para pelaku mengutamakan kepentingan organisasi dan bukan kepentingan pribadi.
6   Adanya partisipasi aktif dari pengikut atau orang yang dipimpin.

Tipe kepemimpinan transformasional ini disarankan untuk diadopsi dalam implementasi MBS karena ciri-ciri kepemimpinan transformasional sejalan dengan gaya manajemen model MBS. Namun, saat ini di Indonesia, sekolah sebagai organisasi formal masih digerakkan oleh kekuatan birokrasi, belum didasarkan atas kesadaran bersama. Selama ini kepala sekolah memimpin berdasarkan pesanan atasan. Kepala sekolah pun menerapkan gaya kepemimpinan terserah atasan.
Budaya sekolah seperti ini harus diubah untuk menjamin terlaksananya kepemimpinan transformasional dan implementasi MBS. Langkah utama untuk mengubah budaya sekolah adalah dengan memberdayakan kepala sekolah sebagai pemimpin. Pada era MBS ini, menjadi kepala sekolah harus berbekal kemampuan kepemimpinan, terutama kepemimpinan transformasional .



Hal-hal yang harus dilakukan kepala sekolah dalam menerapkan kepemimpinan transformasional dalam MBS adalah sebagai berikut :
J  Kepala sekolah harus mengembangkan visi sekolah secara jelas. Seluruh stakeholder dan terutama anggota dewan sekolah harus dilibatkan dalam perumusan visi. Visi sekolah harus sejalan dengan tujuan utama MBS, yaitu meningkatkan hasil belajar siswa dan kinerja sekolah secara umum.
J  Kepala sekolah harus mengajak stakeholder untuk membangun komitmen dan kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai visi, misi, dan tujuan pendidikan.
J  Kepala sekolah harus lebih banyak berperan sebagai pemimpin daripada sebagai ”bos” yang didasarkan atas kekuasaan.
Berdasarkan hal tersebut, maka kepemimpinan kepala sekolah memegang peranan kunci dalam keberhasilan aplikasi MBS. Bekal kemampuan, keahlian, dan keterampilan menjadi keniscayaan bagi kepala sekolah untuk mampu menjalankan roda lembaganya secara berbasis MBS. Terkait dengan hal tersebut, kepala sekolah harus dipilih dari kalangan guru yang benar-benar memiliki pengalaman, wawasan, dan kompetensi yang sesuai. Kepala sekolah harus mampu menampilkan kepemimpinan tim bersama wakil kepala sekolah dan juga guru. Secara tim, kepala sekolah akan memerankan fungsi memimpin sekolahnya, termasuk dalam kerangka desain strategi dan arah, mengembangkan dan mengoptimalkan rencana perbaikan sekolah, mengukur dan melaporkan kemajuan yang dicapai.

10.  Jelaskan bagaimana hubungabn manajemen sekolah dengan masyarakat didalam MBS !
Jawab        :
Pada konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) , manajemen hubungan sekolah dengan orang tua wali murid diharapkan berjalan dengan baik. Hubungan yang harmonis membuat masyarakat memiliki tanggung jawab untuk memajukan sekolah. Penciptaan hubungan dan kerja sama yang harmonis, apabila masyarakat mengetahui dan memiliki gambaran yang jelas tentang sekolah. Gambaran yang jelas dapat diinformasikan kepada masyarakat melalui laporan kepada orang tua wali murid, kunjungan ke sekolah, kunjungan ke rumah murid, penjelasan dari staf sekolah, dan laporan tahunan sekolah.

Melalui hubungan yang harmonis diharapkan tercapai tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat, yaitu proses pendidikan terlaksana secara produktif, efektif, dan efisien sehingga menghasilkan lulusan yang produktif dan berkulitas. Lulusan yang berkualitas akan terlihat dari penguasaan/kompetensi murid tentang ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat dijadikan bekal ketika terjun di tengah-tengah masyarakat (out come).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar